banner 728x250

IHSG Melemah di Pembukaan: Saham AMMN, BBRI, dan BMRI Turun ke Zona Merah

ndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Dibuka Melemah, Saham-Saham Utama Seperti AMMN, BBRI, dan BMRI Mengalami Penurunan

banner 120x600
banner 468x60

Pada perdagangan hari ini, Kamis (8/8/2024), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah ke zona merah. Saham-saham utama seperti PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mengalami penurunan signifikan pada pembukaan perdagangan pagi ini.

Berdasarkan data dari Bloomberg, IHSG dibuka pada posisi 7.211,99 pada pukul 09.00 WIB, stagnan dari penutupan sebelumnya. Setelah pembukaan, IHSG bergerak dalam rentang 7.203 hingga 7.224. Saat ini, tercatat 132 saham menguat, 100 saham melemah, dan 232 saham tidak bergerak. Kapitalisasi pasar IHSG tercatat sebesar Rp12.274 triliun.

banner 325x300

Saham PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) menjadi salah satu yang mengalami penurunan pagi ini. Saham AMMN turun 0,22% ke level Rp11.300 per saham. Selain itu, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) juga mengalami penurunan, turun 0,43% ke level Rp4.600. Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mengikuti jejak dengan penurunan 0,37%, berada di level Rp6.750.

Saham-saham lain seperti PT Astra International Tbk. (ASII), PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) juga tercatat mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,43%, 0,39%, dan 0,20%.

Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan, memperkirakan bahwa IHSG dapat melanjutkan penguatan ke kisaran 7.230-7.250 di akhir hari. Sentimen dari China menunjukkan kenaikan nilai impor sebesar 7,2% yoy pada Juli 2024, melebihi ekspektasi 3,5% yoy, yang mengindikasikan pemulihan aktivitas ekonomi domestik di China. Namun, nilai ekspor China hanya naik 7% yoy, di bawah ekspektasi 9,7% yoy, menandakan penurunan dalam perdagangan global.

Dari sisi domestik, IHSG didorong oleh kenaikan cadangan devisa Indonesia yang mencapai US$145,4 miliar pada Juli 2024, setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor, jauh di atas rasio kecukupan internasional yang hanya 3 bulan impor.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan untuk merekomendasikan pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

banner 325x300