Siti Hardijanti Rukmana, atau yang lebih dikenal sebagai Tutut, mengenang momen-momen terakhir bersama sang ayah, Presiden Soeharto, sebelum beliau meninggal dunia. Salah satu kenangan yang paling menyentuh adalah ketika Tutut melantunkan tembang Jawa berjudul ‘Kulo Nyuwun Ngapuro (Astaghfirulloh)’ untuk Soeharto yang tengah terbaring di rumah sakit.
Soeharto, presiden kedua Indonesia, menghembuskan napas terakhir pada 27 Januari 2008. Selama masa sakitnya, Tutut secara rutin menyanyikan tembang tersebut setiap hari, sambil memutar tasbih sebagai bentuk doa dan permohonan ampunan. Tembang ‘Kulo Nyuwun Ngapuro’ yang berarti “Kami Memohon Ampunan” adalah sebuah lagu Jawa yang mengingatkan akan pentingnya memohon ampun dan bertaubat atas dosa-dosa.
Menurut Tutut, lagu ini memiliki makna mendalam dalam budaya Jawa sebagai bentuk istighfar atau permohonan ampun. Tembang ini sering didengarkan oleh Tutut dan adik-adiknya sewaktu kecil, terutama ketika Soeharto mengajak mereka berkumpul di teras rumah sepulang dari kantor.
“Ketika bapak pulang dan kami berkumpul di teras, sering kali beliau menyanyikan tembang ini. Ini adalah bagian dari nasihat dan pendidikan yang kami terima sejak kecil,” ungkap Tutut melalui situsnya, tututsoeharto.id.
Pada 25 Januari 2008, Soeharto merayakan ulang tahunnya dengan makan pizza yang dibeli oleh anak-anaknya, Titiek dan Mamiek. Momen ini menjadi salah satu kenangan terakhir yang diabadikan di handphone Titiek. Sehari sebelum meninggal, Soeharto berpesan kepada Tutut untuk menjaga kerukunan keluarga dan meminta agar kasurnya diputar agar menghadap kiblat saat melaksanakan salat Tahajud, meskipun dokter mengizinkan tidak menghadap kiblat dalam kondisi sakit.
Pesan terakhir Soeharto kepada Tutut sangat menyentuh. Beliau meminta Tutut mendekat dan mengungkapkan keinginannya untuk menyusul ibunya. Soeharto juga berpesan agar Tutut menjaga kerukunan keluarga, tetap sabar, dan tidak menyimpan dendam. “Jangan sedih, semua manusia pasti akan kembali kepada-Nya. Tinggal waktunya berbeda,” ucap Soeharto.
Ketika kesehatan Soeharto semakin menurun, Tutut dan keluarga berdoa dan membisikkan kalimat istigfar di telinga Soeharto. Pada saat Soeharto menghembuskan napas terakhirnya, wajahnya tampak damai tanpa tanda-tanda kesakitan, dan keluarga mengucapkan salam perpisahan terakhir dengan penuh haru.