YERUSALEM – Masjid Al Aqsa, situs suci bagi umat Islam yang juga memiliki signifikansi penting bagi umat Yahudi, baru-baru ini menjadi pusat kontroversi internasional. Keputusan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, untuk memimpin ratusan warga Yahudi ke kompleks Masjid Al Aqsa telah memicu ketegangan yang meluas dan mendapat kecaman keras dari berbagai pihak.
Kunjungan Ben-Gvir, yang terjadi di tengah bulan Ramadan dan Paskah Yahudi, telah menambah ketegangan yang sudah ada di kawasan tersebut. Ben-Gvir dan rombongannya mengunjungi Masjid Al Aqsa, yang dikenal sebagai Temple Mount bagi umat Yahudi, mengklaim bahwa tindakan ini bertujuan untuk memungkinkan ibadah Yahudi di situs tersebut. Namun, langkah ini memicu reaksi keras dari banyak negara dan organisasi internasional.
Fakta-fakta Tentang Masjid Al Aqsa
- Signifikansi Religius: Masjid Al Aqsa adalah tempat suci ketiga dalam Islam setelah Mekah dan Madinah. Dalam Al-Qur’an, tempat ini disebut sebagai lokasi Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan malam dari Mekah dan kemudian naik ke langit. Selain itu, Masjid Al Aqsa adalah tempat di mana Nabi Muhammad SAW memimpin doa bersama para nabi lainnya, termasuk Ibrahim, Musa, dan Isa (Yesus).
- Koneksi Historis Yahudi: Bagi umat Yahudi, Temple Mount adalah lokasi dari dua kuil kuno yang pertama kali dibangun oleh Raja Salomo. Kuil ini dihancurkan oleh Romawi pada tahun 70 Masehi.
- Status Sejarah dan Politik: Sebelum Perang Enam Hari pada tahun 1967, Masjid Al Aqsa berada di bawah kekuasaan Yordania. Setelah perang tersebut, Israel menduduki Yerusalem Timur dan Kota Tua, meskipun klaim ini tidak diakui secara internasional. Saat ini, situs ini dikelola oleh Waqf Islam, sementara Israel bertanggung jawab atas keamanan.
- Kontroversi dan Ketegangan: Israel sering memperketat kontrol akses ke situs ini, kadang-kadang memungkinkan kelompok Yahudi ekstremis untuk melakukan ibadah, yang melanggar aturan yang ada. Hal ini memicu protes dan kekerasan. Pada tahun 2000, kunjungan Ariel Sharon ke Temple Mount memicu Intifada Al Aqsa, yang menandai gelombang kekerasan besar di kawasan tersebut.
Kunjungan Ben-Gvir dan tindakan ekstremis lainnya telah mendapat kecaman dari berbagai pemimpin dunia, termasuk Palestina, Amerika Serikat, Prancis, PBB, dan negara-negara Arab. Meskipun Ben-Gvir menyatakan bahwa kebijakannya bertujuan untuk memungkinkan ibadah Yahudi, kantor perdana menteri Israel menegaskan bahwa tidak ada perubahan dalam kesepakatan status quo yang hanya memperbolehkan ibadah Muslim di situs tersebut.
Ketegangan di Masjid Al Aqsa mencerminkan kompleksitas dan sensitivitas konflik Israel-Palestina, terutama terkait dengan isu-isu kedaulatan dan agama. Dengan meningkatnya kontrol Israel dan tindakan-tindakan kontroversial di situs ini, masa depan kedamaian dan stabilitas di kawasan tersebut tetap menjadi pertanyaan besar.