Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, mengungkapkan kemarahannya terhadap penunjukan Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik Hamas yang baru. Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh, yang diduga dibunuh Israel di Teheran, Iran pada 31 Juli 2024.
Penunjukan Sinwar sebagai pemimpin Hamas disorot tajam oleh Katz, yang menyebutnya sebagai “teroris besar.” Menurut Israel, Sinwar adalah otak di balik serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Dalam serangan tersebut, Israel melancarkan balasan brutal ke Jalur Gaza, di mana sekitar 2,3 juta warga Palestina terjebak akibat blokade yang diberlakukan Israel sejak 2007.
“Penunjukan Yahya Sinwar sebagai pemimpin baru Hamas menambah urgensi bagi kami untuk segera menumpas dia dan menghancurkan organisasi jahat ini dari muka bumi,” kata Katz melalui media sosial X, Rabu (7/8/2024).
Katz juga menekankan bahwa penunjukan Sinwar menunjukkan bahwa isu Palestina kini sepenuhnya dikendalikan oleh Iran dan Hamas. Menurutnya, operasi militer Israel di Gaza diperlukan untuk menjaga keberlangsungan pemerintahan Otoritas Palestina yang dinilainya tunduk pada Israel.
Hamas memberikan respons tegas terhadap komentar Israel. Pejabat tinggi Hamas, Sami Abu Zuhri, menyebut pemilihan Sinwar sebagai pesan jelas kepada Israel dan sekutunya. Osama Hamdan, pejabat tinggi Hamas lainnya, menegaskan bahwa organisasi tersebut tetap solid meskipun Haniyeh telah meninggal dunia.
“Kebijakan pembunuhan Israel tidak akan berhasil mematahkan perlawanan kami,” kata Hamdan, dikutip oleh Anadolu.
Operasi militer Israel di Gaza menyebabkan kerusakan signifikan dan memicu kecaman internasional. Israel dan Hamas terus terlibat dalam ketegangan yang berkepanjangan, dengan dampak serius bagi warga sipil di wilayah yang terblokade tersebut.