PONTIANAK – Pemerintah Kota Pontianak secara resmi meluncurkan aplikasi Smart berbasis geospasial sebagai bagian dari Aksi Konvergensi Stunting di Aula Rohana Muthalib Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) pada Selasa (6/8/2024). Peluncuran ini juga diiringi dengan penyaluran bantuan dari PT Bulog ke seluruh kecamatan di Kota Pontianak.
Pj Wali Kota Pontianak, Ani Sofian, menegaskan pentingnya aplikasi Smart dalam mendukung intervensi yang lebih tepat sasaran. “Stunting menunjukkan adanya masalah dalam manajemen dasar. Dengan aplikasi ini, kami berharap dukungan data yang terverifikasi dan tervalidasi akan memperbaiki penanganan masalah stunting,” ungkap Ani Sofian saat peluncuran aplikasi dan penyaluran bantuan kepada masyarakat kurang mampu.
Pemerintah Kota Pontianak melibatkan 91 Tim Pendamping Keluarga (TPK) dengan 273 kader di 6 kecamatan dan 29 kelurahan. Ani Sofian menekankan perlunya penguatan peran TPK dalam verifikasi dan validasi data, mengingat data dalam aplikasi Smart bersifat dinamis.
Kepala Bappeda Kota Pontianak, Sidig Handanu, mengungkapkan tantangan besar dalam pelayanan kesehatan balita. Dari 50 ribu balita di Kota Pontianak, 16,7 persen atau sekitar 8.850 anak mengalami stunting. Sidig menyebutkan target pemerintah pusat adalah menurunkan angka stunting menjadi 14 persen.
Selain itu, Sidig mengungkapkan bahwa cakupan vaksinasi polio di Kota Pontianak masih rendah, berada di urutan 14 di Provinsi Kalimantan Barat. Ia mencatat bahwa rendahnya angka vaksinasi disebabkan oleh kurangnya kesadaran orang tua dan faktor penurunan angka fertilitas.
Aplikasi Smart berbasis geospasial dirancang untuk mengetahui posisi orang tua dan balita serta penyebab stunting seperti sanitasi. Sidig berharap aplikasi ini akan membantu memantau dan mengatasi masalah stunting serta meningkatkan kesadaran mengenai vaksinasi.
“Aplikasi ini tidak hanya mendeteksi anak yang mengalami stunting tetapi juga mengidentifikasi anak-anak berisiko stunting,” pungkas Sidig.