banner 728x250

Rupiah Menguat, Terlepas dari Posisi Rp 16.000 per Dolar AS: Data Ekonomi AS Jadi Faktor Kunci

Penguatan Rupiah Diprediksi Berlanjut dengan Dukungan Data Ekonomi AS dan Kebijakan Bank Sentral Jepang

banner 120x600
banner 468x60

Nilai tukar rupiah menguat pada hari ini, Kamis (8/8), dengan bergerak meninggalkan posisi Rp 16.000 per dolar AS. Pada pukul 11:35 WIB, nilai tukar rupiah tercatat berada di Rp 15.945 per dolar AS, mengalami penguatan sebesar 90 poin atau 0,56 persen menurut data Bloomberg.

Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa penguatan rupiah didorong oleh prediksi perlambatan ekonomi AS. Jika data ekonomi AS yang dirilis sepanjang Agustus mendukung potensi perlambatan, seperti penurunan inflasi dan angka tenaga kerja, maka peluang untuk pemangkasan suku bunga acuan AS akan meningkat. Ini dapat menyebabkan dolar AS melemah terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah.

banner 325x300

“Jika data-data ekonomi AS mendukung potensi perlambatan, penguatan rupiah bisa berlanjut,” kata Ariston dalam perbincangan dengan kumparan, Kamis (8/8). Ia memperkirakan bahwa rupiah berpotensi menguat lebih lanjut hari ini ke kisaran Rp 15.980, dengan resistensi di Rp 16.100.

Pernyataan Deputi Gubernur Bank Sentral Jepang, Shinichi Uchida, turut berperan dalam penguatan sentimen terhadap aset berisiko. Uchida menegaskan bahwa Bank Sentral Jepang akan terus mempertahankan kebijakan pelonggaran moneter di tengah volatilitas pasar keuangan global.

“Pernyataan Uchida ini mendorong pelaku pasar untuk kembali berinvestasi dalam aset berisiko, setelah sebelumnya mereka melepaskan carry trade karena kenaikan bunga,” jelas Ariston.

Penguatan rupiah juga diiringi oleh melemahnya dolar AS dan langkah-langkah untuk meredakan kekhawatiran investor mengenai kebijakan fiskal pemerintah mendatang. Tim Presiden terpilih Prabowo Subianto berusaha meredakan kekhawatiran tentang utang pemerintah dan berjanji untuk menjaga pengeluaran tetap terkendali.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan terus memonitor dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Menurutnya, nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh bauran kebijakan moneter dari Bank Indonesia (BI) dan faktor-faktor global lainnya, seperti suku bunga The Fed yang tetap tinggi.

“Kami akan terus memonitor dan menjaga nilai tukar rupiah dengan kecenderungan menguat, berkat imbal hasil surat berharga yang menarik, inflasi yang rendah, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK di Gedung LPS, Jumat (2/8).

banner 325x300