VIAHUB.ID – Bangkok – Paetongtarn Shinawatra, yang baru saja dilantik sebagai Perdana Menteri Thailand pada Minggu, 18 Agustus 2024, kini menjadi sorotan publik. Pelantikannya terjadi hanya dua hari setelah pemilihan oleh parlemen, menjadikannya sebagai perdana menteri termuda dalam sejarah Thailand. Berikut adalah ulasan mengenai latar belakang, karier, dan tantangan yang dihadapi Paetongtarn Shinawatra.
1. Pendidikan
Paetongtarn Shinawatra, yang berusia 37 tahun, mengenyam pendidikan di Universitas Chulalongkorn, Thailand, dengan fokus pada Ilmu Politik. Ia melanjutkan studinya di Universitas Surrey di Inggris, di mana ia memperoleh gelar master dalam manajemen hotel internasional. Dalam wawancara dengan Time, Paetongtarn mengungkapkan, “Ketika tiba saatnya belajar, saya banyak belajar. Ketika tidak tiba saatnya, saya tidak belajar sama sekali!”
2. Karier
Sebelum terjun ke dunia politik, Paetongtarn Shinawatra memiliki pengalaman signifikan dalam bisnis keluarga. Sejak 2011, ia bekerja di berbagai sektor bisnis keluarga, termasuk real estate, perhotelan, dan telekomunikasi. Ia menjabat sebagai kepala eksekutif di Rende Development, sebuah perusahaan perhotelan yang dijalankan oleh saudara perempuannya, Pintongta Shinawatra Kunakornwong. Salah satu proyek utamanya adalah Hotel Rosewood di Bangkok, yang dikenal luas di industri perhotelan.
3. Karier Politik
Paetongtarn memasuki dunia politik pada 2021 sebagai ketua Komite Penasihat Inklusi dan Inovasi Partai Pheu Thai. Dua tahun kemudian, ia memimpin kampanye prapemilu dan mencalonkan diri sebagai salah satu kandidat perdana menteri. Ia berjanji untuk mengakhiri hampir satu dekade kekuasaan pemerintahan militer yang dipimpin oleh Prayuth Chan-ocha. Terpilihnya Paetongtarn sebagai perdana menteri menandai babak baru dalam politik Thailand dengan harapan akan reformasi yang mendalam.
4. Tantangan yang Dihadapi
Sebagai perdana menteri yang baru, Paetongtarn Shinawatra dihadapkan pada berbagai tantangan besar. Ekonomi Thailand yang terpuruk pasca-pandemi Covid-19 merupakan salah satu isu utama. Ia harus menangani peningkatan biaya hidup dan melaksanakan janji kampanye Partai Pheu Thai, yakni skema bantuan rumah tangga senilai 10 ribu baht untuk setiap 50 juta warga Thailand. Meskipun sektor pariwisata mulai berkembang, pemulihan manufaktur dan kepercayaan ekonomi tetap menjadi fokus utama untuk meningkatkan daya beli rakyat Thailand.